WELCOME TO RUANG DIGITAL

RUANG KONSELI SISWA

LOGIN REGISRASI

Layanan

KONSELING ONLINE

Bicarakan isi hatimu, temukan jalan keluar atas masalahmu.

Read More

FORUM DISKUSI

Kenali Diri Sendiri Melalui Forum Diskusi.

Read More

TEST PSIKOLOGI ONLINE

Kenali lebih jauh dirimu untuk berkembang setidaknya satu persen setiap harinya!

Read More

BANTUAN ONLINE

kami siap membantumu menemukan jalan keluar.

Read More

Artikel

Selasa, 20 Juni 2023

MENGATASI SIFAT TIDAK PERCAYA DIRI (MINDER)

MENGATASI SIFAT TIDAK PERCAYA DIRI (MINDER)

 



MENGATASI SIFAT TIDAK PERCAYA DIRI (MINDER)

Perasaan tidak percaya diri atau minder sering kali terjadi pada seseorang. Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri merupakan salah satu penyebab sifat minder. Rasa minder bisa terjadi ketika kemampuan orang lain lebih unggul dibanding kemampuan diri sendiri. Padahal, jika kita mampu mengolah perasaan tersebut ke dalam bentuk positif, justru akan memberi dorongan atau motivasi untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Alfred Adler yang mengatakan bahwa perasaan rendah diri bisa menjadi motivasi yang sehat.

Adapun tips untuk mengatasi perasaan rendah diri di antaranya:

1.     Menemukan kelebihan

Setiap orang pasti memiliki kelebihan tersendiri. Namun, hal tersebut sangat jarang disadari. Salah satu cara mengatasi sifat minder adalah menemukan kelebihan pada diri. Temukan kelebihan yang dimiliki kemudian kembangkan menjadi lebih baik dan maksimal.

2.     Membatasi waktu menggunakan sosial media

Di era saat ini, penggunaan sosial media menjadi hal dominan yang kita lakukan di aktivitas sehari-hari. Tanpa disadari, penggunaan sosial media dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan hal negative, salah satunya adalah perasaan minder. Tentu kita akan melihat postingan teman dunia maya berupa pamer pencapaian, harta, kemewahan, dan lain sebagainya, kemudian membandingkan dengan diri sendiri.

3.     Menangani kelemahan

Selain memiliki kelemahan, setiap manusia pun memiliki kelemahan. Merupakan hal wajar jika kita mempunyai kelemahan dalam diri sendiri, sejatinya tidak ada manusia yang tidak mempunyai kelemahan. Sehingga, perlu bagi kita untuk menyadari kelemahan kemudian berusaha mencari solusi untuk menanganinya. Hal tersebut dapat membuat diri kita menjadi lebih baik.

4.     Bergaul dengan orang yang positif

Pergaulan akan memberi dampak yang luar biasa terhadap diri kita. Bergaul dengan orang yang positif akan memberi pengaruh positif juga ke dalam diri. Orang yang positif akan memberi banyak pelajaran untuk kita mengembangkan diri lebih baik.

5.     Merawat diri

Kepercayaan diri akan timbul ketika kita merasa mempunyai fisik yang terawat. Fisik yang bagus bukan melulu harus putih, tinggi, dan langsing. Akan tetapi, dengan merawat diri, badan akan lebih sehat dan bugar sehingga memacu melakukan hal positif dalam sehari-hari.


by : Shobahatun Nisa

Senin, 19 Juni 2023

Cara Menyesuaikan Diri di Sekolah Agar Nyaman Belajar

Cara Menyesuaikan Diri di Sekolah Agar Nyaman Belajar




Beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru rasanya memang tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Termasuk kamu yang sebentar lagi lulus dari sekolah lama dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Agar tidak canggung ada baiknya dari sekarang kamu pelajari bagaimana cara menyesuaikan diri di sekolah baru nantinya.Perlu kamu ketahui bahwa kenyaman berada di tempat baru akan berpengaruh pada prestasi akademik.

Kalau kamu tidak merasa nyaman di sekolah baru tentunya akan membuat kamu merasa malas termasuk dalam hal belajar.

Nah, mengetahui tips beradaptasi di lingkungasekolah adalah salah satu cara agar kamu merasa nyaman untuk belajar sehingga bisa mencapai prestasi terbaik.


5 Cara Menyesuaikan Diri di Sekolah

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk bisa menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah terutama bagi kamu yang baru memasukinya.

Bagaimana caranya? Kamu bisa melihatnya berikut ini.

1) Bersikap Ramah

Saat berada di lingkungan baru termasuk di sekolah agar kamu bisa lebih cepat diterima oleh orang lain salah satu kuncinya adalah tunjukkan sikap yang ramah.

Hiasi wajah dengan senyum setiap bertemu orang lain dan jangan mengambil jarak. Kalau perlu tawarkan bantuan kepada teman-teman baru kamu ketika mereka membutuhkannya.

2) Menyapa Lebih Dulu

Cara menyesuaikan diri di sekolah yang berikutnya yaitu jangan malu dan ragu untuk menyapa orang lain lebih dulu saat bertemu mereka.

Baik itu teman satu kelas, kakak tingkat, guru dan staf sekolah lainnya. Setidaknya anggukan kepala sebagai tanda sapaan saat bertemu dengan orang lain agar mereka lebih terkesan karena kepribadian kamu yang hangat. 

3) Mengenali Karakter Teman Baru

Saat bertemu dan memiliki teman-teman baru tentu saja kamu belum tahu bagaimana sifat dan karakter mereka.

Nah, perlahan-lahan mulailah untuk mengamati dan mengenali bagaimana karakter teman-teman kamu terutama yang berada dalam satu kelas.

Mengenali karakter teman-teman membantu kamu lebih mudah masuk dalam circle pergaulan mereka. 

Jangan lupa juga untuk bertanya apa yang menjadi minat dan hobi teman baru kamu tersebut.

Siapa tahu kamu dan teman yang lain memiliki minat dan hobi yang sama sehingga bisa melakukan aktivitas menyenangkan bersama-sama.

4) Mengenal Lingkungan Sekolah

Sebagai siswa baru wajar kalau kamu belum mengenal lingkungan di sekolah tersebut.

Agar kamu merasa nyaman dan senang berada di sekolah yang baru kenali lingkungannya misalnya dimana letak kantor guru, lapangan olahraga, laboratorium dan sebagainya. 

Kamu bisa langsung berkeliling di lingkungan sekolah saat pertama kali menginjakkan kaki di sana.

Kalau takut kesasar atau bingung kamu bisa mengajak teman yang lain atau bertanya pada guru dan karyawan sekolah. Mereka pasti dengan senang hati akan menunjukkannya.

5) Kenali Semua Guru dan Staf

Mengenali semua guru dan staf non pengajar yang ada termasuk dalam tips beradaptasi di lingkungan sekolah baru.

Mau tidak mau selama kamu menuntut ilmu di sekolah tersebut otomatis harus berhubungan dengan guru dan staf yang ada di sana. 

Bukan hanya sebatas pada guru yang mengajar di kelas kamu saja sebaiknya kamu mengetahui dan kenal semua pengajar lainnya.

Mengapa? Karena suatu saat mungkin kamu harus mengerjakan sesuatu di bawah bimbingan guru lainnya misalnya saat membuat karya ilmiah. 

Penutup

Ternyata, tidak sulit bukan cara menyesuaikan diri di sekolah yang baru?

Berada di lingkungan baru hendaknya menjadi cara bagi kamu untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.


KENALI GAYA BELAJAR KALIAN

KENALI GAYA BELAJAR KALIAN

 



3 macam gaya belajar 


1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih banyak memanfaatkan penglihatan.

Ciri-ciri pelajar visual :
– Mudah mengingat dari yang dilihat
– Lebih suka membaca daripada dibacakan
– Berbicara dengan tempo yang cukup cepat
– Cenderung melihat sikap dan gerakan guru yang sedang mengajar
– Tidak mudah terdistraksi oleh keramaian
– Biasanya suka menggambar apapun di kertas

2. Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori mengandalkan pendengaran untuk dapat memahami dan mengingat informasi yang diberikan oleh guru.

Ciri-ciri pelajar auditori :

– Suka mengingat dari apa yang didengar
– Mudah terdistraksi oleh keramaian
– Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
– Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
– Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu
– Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelas

3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang lebih mudah menyerap informasi dengan bergerak, berbuat, dan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar siswa dapat mengingatnya.

Ciri-ciri pelajar kinestetik :

– Senang belajar dengan metode praktek
– Menyukai aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh, seperti permainan dan aktivitas fisik
– Menghafal dengan berjalan atau melihat
– Sulit untuk berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak

Minggu, 18 Juni 2023

Body Shaming Is Never Okay: Mari Berdamai dengan Tubuh Kita

Body Shaming Is Never Okay: Mari Berdamai dengan Tubuh Kita




 ‘’Badan makin lebar aja, nanti kena penyakit berbahaya loh. Itu badan kayak gitu pasti karena nggak olahraga, nggak sehat,’’ kata seseorang pada si A yang dalam seminggu ini sedang rajin olahraga, bahkan sebenarnya lebih rajin dari yang berkomentar.

‘’Kecil banget sih kamu. Harus makan banyak supaya nggak makin kecil. Nggak sehat loh itu, imun kamu lemah pasti itu…’’ kata seseorang pada si B yang baru saja mengecek BMI (Body Mass Index) tubuhnya dan hasilnya masih pada skala normal, serta ia sedang sehat-sehat saja saat ini.


Konsultasi dengan GURU BK sekarang

Body shaming is never okay!

Sebetulnya, mau dilihat dari sisi manapun, memberikan komentar negatif tentang tubuh seseorang adalah hal yang buruk. Body shaming dianggap sebagai bentuk bullying  (Agarwal & Banerjee, 2018). Body shaming ditunjukkan dengan mempermalukan seseorang dengan membuat komentar yang tidak pantas atau menghina tentang ukuran atau bentuk tubuh mereka. Body shaming dapat dilakukan secara langsung (di depan orang yang diberi komentar) atau tidak secara langsung (di belakang orang tersebut). Saat ini, media sosial juga sering kali menjadi tempat mengungkapkan salah satu bentuk bullying ini. 

Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama merasakan dampak negatif dari body shaming (Agarwal & Banerjee, 2018). Body shaming ditemukan berkorelasi positif dengan kecemasan sosial dan ketakutan akan evaluasi nnegatif. Beberapa orang menganggap body shaming adalah bentuk perhatian atau perilaku yang bertujuan baik agar orang lain mau untuk melakukan sesuatu untuk mengubah tubuh mereka. Kenyataannya berkebalikan, mempermalukan seseorang terkait dengan tubuhnya berkontribusi pada stres dan penambahan berat badan (pada kasus fat shaming). Bukankah ini adalah siklus yang sebenarnya perlu dihentikan? 

Schluger (2021) mengatakan bahwa dalam budaya kita yang sadar akan berat badan, penampilan fisik sering kali mengesampingkan pertimbangan kesehatan. Beberapa bentuk tubuh seringkali dikaitkan dengan kondisi ‘’tidak sehat’’ padahal belum tentu demikian. Body shaming yang ditujukan untuk menyakiti seseorang tentu merupakan hal yang salah. Demikian juga body shaming yang ditujukan untuk memberi perhatian, itu adalah bentuk perhatian yang salah. 

Jika kita bingung memulai percakapan dari mana, menanyakan hal-hal yang umum seperti ‘’perjalanan hari ini’’ atau ‘’berita pagi ini’’ bisa menjadi pilihan yang lebih baik daripada memberi komentar terkait kondisi fisik seseorang. Jika kita benar-benar peduli terhadap kesehatannya, maka bertanya secara general bisa menjadi media yang lebih minim risiko, seperti ‘’Apa kabar?’’ atau ‘’Bagaimana kondisi kamu hari ini? Fisik, pikiran, hati lagi gimana kabarnya?’’ dan masih banyak lagi cara lainnya. Sebaiknya kita bertanya terlebih dahulu baru kemudian memberi saran atau penilaian, itupun pada saat diminta dan kita wajib menggunakan kata-kata yang baik. Dengan bertanya, kita juga membantu seseorang menyadari hal yang ia rasakan. Kesadaran dari diri sendiri merupakan awal yang baik untuk membangun kondisi fisik dan mental yang sehat dibandingkan kesadaran yang dibentuk dari komentar negatif orang lain.

Berdamai dengan Tubuh

Tidak selalu mudah untuk kita melalui hari setelah menerima komentar negatif tentang tubuh dari orang lain, terlebih orang terdekat kita sendiri. Mulai dari tidak percaya diri, merasa buruk, kecewa, bahkan marah bisa mengikuti kita. Itu wajar. Tidak ada satupun orang yang benar-benar merasa baik-baik saja ketika menerima body shaming. 

Mengutip dari tulisan Jernigan (2022), terdapat lima hal yang bisa kita lakukan untuk mencintai diri dan mengembangkan penilaian yang tepat pada tubuh kita.

  1. Sadari bahwa body shaming bukan sepenuhnya tentang kesalahan kita. Saat ini, penilaian tentang bentuk dan ukuran tubuh banyak dipengaruhi oleh standar di luar diri kita. Jika muncul emosi marah, berikan ruang untuk keluar dari diri kita dengan cara yang sehat, seperti mengatur nafas atau melakukan teknik relaksasi lainnya. Pastikan bahwa kita tidak marah pada diri sendiri karena itu dapat menjadi awal mula kesalahan dalam mengambil langkah. Ketika kita bisa ‘’berhenti melihat diri sendiri sebagai sebuah masalah’’, kita bisa terhubung dengan kekuatan di dalam diri kita. Dari pada melihat diri sendiri sebagai masalah, lebih baik melihatnya sebagai solusi. 
  2. Saatnya membentuk pemikiran yang baru. Body shaming dari orang lain sangat mungkin membentuk self-shaming dalam pikiran kita. Kita harus menyudahi siklus ini. Katakan pada dirimu bahwa setiap hal yang dikatakan orang lain tentang diri kita belum tentu benar, kita yang paling tahu diri kita sendiri. Buat filter agar kita mampu memisahkan opini yang tepat dan tidak tepat. Hal ini juga bisa dilanjutkan dengan mengecek kembali akun media sosial yang kita ikuti. Mungkin self-shaming bisa berawal dari situ.
  3. Fokus pada kesehatan dan keberfungsian tubuh kita lebih dulu dibandingkan bentuk atau ukurannya. Kamu sudah melewati hari ini dengan baik? Maka tubuh kamu sudah berusaha sebaik mungkin. Berikan apresiasi padanya. Daripada berpikir untuk mengubah bagaimana kamu terlihat, sebaiknya tanyakan tubuhmu apa yang diperlukan untuk mendukung fungsinya, agar lebih sehat, kuat, dan tenang. 
  4. Mari bersyukur atas apa yang tubuh telah berikan pada kita. Sebelum tidur, cobalah untuk menulis atau mengingat kembali tiga alasan kita mensyukuri hal yang tubuh kita telah berikan atau lakukan. 


Mau lebih lanjut? Jadilah seseorang yang mendukung perubahan untuk menghentikan body shaming. Hal ini bisa dimulai dari menyebarkan pesan-pesan positif untuk menghentikan body shaming. Pada lingkaran pertemanan kita, gunakan kata-kata yang positif untuk menunjukkan perhatian dan jadilah pendengar untuk mereka yang tengah menghadapi tantangan ketika menerima body shaming.

Memahami Bedanya Cara Orang Introvert dan Extrovert dalam Mengelola Emosi

Memahami Bedanya Cara Orang Introvert dan Extrovert dalam Mengelola Emosi

 





Konsep introvert dan extrovert pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Carl Gustav Jung sekitar tahun 1910-an untuk menjelaskan dua cara individu memfokuskan energi—apakah ke dalam atau ke luar dirinya sendiri. Pada umumnya, tidak ada yang lebih baik antara menjadi introvert dan extrovert karena keduanya memiliki karakteristik yang menguntungkan dan melemahkan, tergantung pada situasi yang sedang dihadapi seseorang. Karena cara pandang yang berbeda, terkadang orang introvert sulit memahami temannya yang extrovert, begitu pula sebaliknya. Yuk, kita kenalan dulu dengan si introvert dan extrovert!


Mengenal Si Introvert

Karakteristik umum individu dengan tendensi introvert adalah cenderung pendiam atau lebih sedikit berbicara dalam grup, menyukai aktivitas yang pasif dan soliter, penuh pertimbangan, dan lebih tidak menunjukkan emosi yang dirasakan karena dianggap sebagai privasi. Individu yang introvert lebih nyaman berinteraksi dalam grup kecil, komunikasi empat mata, dan mendapatkan energi dengan menghabiskan waktu sendirian. Mereka juga lebih suka memfokuskan energi pada satu hal sebelum beralih pada hal lain, serta menganalisis situasi sebelum bertindak dan berkata. 

Namun, perlu diingat bahwa introvert tidak sama dengan pemalu. Ada banyak introvert yang tidak memiliki masalah dalam berteman, menjadi leader yang baik, mampu berkomunikasi dengan leluasa, serta melakukan public-speaking. Hanya saja, kegiatan yang melibatkan banyak orang cenderung menguras energinya. Setelah menghadiri sebuah acara sosial yang ramai, orang introvert cenderung membutuhkan waktu me-time untuk mengisi kembali energi.


Mengenal Si Extrovert

Karakteristik umum individu dengan tendensi extrovert adalah terkesan periang, banyak berbicara (talkative), senang melakukan interaksi sosial, dan lebih bersedia terbuka dengan apa yang ia pikir dan rasakan kepada orang lain. Alasan mengapa extrovert menyukai situasi sosial adalah ia mendapatkan energi dan rasa bersemangat dari interaksi dengan banyak orang dan kegiatan yang aktif. Ketika dihadapkan pada situasi yang membuat extrovert sulit keluar rumah atau bertemu dengan teman-teman, ia bisa menjadi sangat bosan. Karena terkesan lebih ramai, dominan, dan senang bersosialisasi, extrovert biasanya lebih populer di lingkungannya dibandingkan introvert, misalnya pada konteks sekolah atau tempat bekerja. 

Di sisi lain, extrovert dianggap sebagai orang yang terlalu banyak berbicara, haus menjadi pusat perhatian, dan bergantung pada keberadaan orang lain untuk merasa senang. Pada kenyataannya, tidak sedikit orang extrovert yang menggunakan popularitas dan kemampuan berbicaranya untuk menyuarakan hal-hal baik, serta menjangkau teman-teman yang lebih pendiam atau di-bully.


Introvert dan Extrovert Bukan Dua Kubu, Melainkan Sebuah Kontinum

Berdasarkan penjelasan di atas, tampak jelas bahwa introvert dan extrovert bagaikan dua kubu yang sangat berbeda. Introvert menyukai ketenangan, sedangkan extrovert menyukai keramaian. Padahal sebenarnya introvert dan extrovert bukanlah kubu, melainkan sebuah kontinum. Ada situasi di mana orang introvert menikmati berada di lingkungan sosial yang ramai, ada pula situasi di mana orang extrovert memerlukan waktu untuk menyendiri. 

Terkadang, Perbedaan Karakteristik Keduanya Dapat Memicu Kesalahpahaman

Karena introvert dan extrovert memandang dunia dengan cara yang berbeda, ada kalanya mereka sulit memahami satu sama lain. Orang yang extrovert terkadang lupa bahwa temannya yang introvert tidak suka terlalu diulik persoalan personalnya kecuali ia duluan yang mengungkapkannya. Di sisi lain, orang yang introvert juga bisa lupa bahwa temannya yang extrovert membutuhkan teman yang dapat mendengar keluh-kesahnya meskipun terkesan sepele. 


Cara Membersamai Si Extrovert dalam Mengelola Emosinya: Dengan Tidak Memaknai Ledakan Emosinya Secara Personal

Karena karakteristiknya yang memfokuskan energi dari luar diri, orang extrovert biasanya mencari kelegaan dari orang lain saat dihadapkan dengan masalah. Mereka cenderung mengemukakan emosi yang dirasakan dan meminta bantuan secara aktif. Oleh karena itu, sangat mudah bagi orang lain untuk mengetahui kapan seorang extrovert mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Ada tiga reaksi umum orang extrovert saat merasa kesal atau sedih, yaitu cenderung membesar-besarkan reaksinya terhadap masalah dan memproyeksikan kesalahan pada orang lain. Karakteristik ini didasari oleh kebutuhan extrovert dalam mengekspresikan dirinya dengan lugas, dan kebutuhan tersebut menjadi lebih kuat ketika ia ingin menyuarakan ketidaknyamanannya. 

Seringkali saat situasi sudah menjadi tenang dan extrovert lupa akan emosinya yang menggebu-gebu, ia menjadi heran ketika orang lain (terutama orang introvert yang cenderung menganalisis emosi) masih merasa tersakiti atas apa yang ia luapkan. Daripada menjauhi extrovert tersebut, pada situasi seperti ini yang bisa Anda lakukan adalah tidak memaknai semua luapan emosi orang extrovert secara personal, terutama apabila kita bukan target luapan emosi yang sesungguhnya. Saat menghadapi suatu masalah, extrovert biasanya ingin mencari koneksi dan pengertian dari orang lain yang dapat membersamainya di masa sulit. Terlalu cepat mengajak mereka berpikir objektif hanya akan menguatkan reaksi defensif mereka. Oleh karena itu, penting untuk mendengarkan hingga emosi extrovert sudah mereda, barulah Anda bisa mengajaknya berdiskusi mengenai emosi yang dirasakan dengan lebih jernih dan menilai permasalahan dengan lebih objektif. Namun, bukan berarti Anda juga bisa terus-menerus dijadikan samsak pelampiasan emosi bagi teman ekstrovert Anda. Demi kesehatan mental Anda sendiri, tidak kalah penting membangun boundaries yang sehat. Perlu diingat bahwa boundaries yang sehat bukan hanya baik untuk Anda, melainkan juga baik untuk orang lain.

 

Sumber:

Gibson, L. C. (2021). Self-care for adult children of emotionally immature parents. New Harbinger Publications, Inc.

Guy-Evans. (2021, 09 Februari). Introvert and extrovert personality traits. Diakses dari https://www.simplypsychology.org/introvert-extrovert.html

https://www.hatiplong.com/memahami-bedanya-cara-orang-introvert-dan-extrovert-dalam-mengelola-emosi/



Sabtu, 17 Juni 2023

Ketika Menghukum Diri Rasanya Lebih Mudah daripada Mengapresiasi

Ketika Menghukum Diri Rasanya Lebih Mudah daripada Mengapresiasi

















Ketika Menghukum Diri Rasanya Lebih Mudah dari pada Mengapresiasinya 

Nggak tahu kenapa rasanya kebiasaan buruk merendahkan harga diri seringkali terjadi dengan sendirinya. Lagi gagal nyalahin diri, lagi kesusahan malah liat orang lain yang lagi beruntung. Giliran diri lagi berhasil dan banyak bahagia justru nggak diapresiasi. Kayak gampang banget nggak pede sama diri sendiri bahkan malu dan jadi hobi menyalahkan diri. Rendahnya Harga Diri Di posisi ini pasti rasanya nggak nyaman banget ya. Perasaan takut, serba salah, insecure dan juga malu sama diri sendiri.Kondisi sering menghukum diri sendiri ini terjadi karena harga diri kita yang masih rendah. Hasilnya dalam keseharian kita jadi hobi membandingkan diri dengan orang lain yang sebenarnya juga punya kemampuan dan keunggulan masing-masing. Selain itu, dengan rendahnya harga diri membuat kita jadi takut berlebihan akan ditinggal pasangan, takut nggak diterima dilingkungan, sampai nggak berkembang sendiri alias stuck beneran sama kemampuan diri. Biar lebih dalam lagi, yuk kita coba belajar. 

Penyebab Rendahnya Harga Diri Seseorang 

Ketika rendah diri bikin ngejelekin diri jadi kebiasaan, umumnya hal ini disebabkan karena kita belum mengenal dan menerima kelebihan serta kekurangan diri. Tentu, diri kita ini memang punya kekurangan kok. Namun jangan lupa juga kalau kita punya kelebihan yang unik. Misalnya aja kita terlalu fokus sama kekurangan kita yang nggak pandai menghitung dan melupakan keunggulan diri yang tekun dalam bekerja. Selain itu, rendah diri juga bisa juga karena diri kita sendirilah yang memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri. Ini sih yang umum terjadi seperti hobi mengkritik diri tapi memuji orang lain, kebanyakan minta maaf padahal nggak salah, hingga nggak mau memaafkan kesalahan yang sudah terlampau jauh. 

1. Kurang menerima dan mengenali diri 
 Ketika kita nggak memiliki cukup kesempatan untuk berkenalan sama diri, pastinya kita jadi nggak kenal juga sama keunggulan diri. Coba deh pahami lagi keunggulan, keunikan, dan nilai diri dimata hatimu. Kamu bisa memulai dari mencari kekuranganmu dan memaafkannya dengan melihat kelebihanmu. Aku memang nggak secantik itu, tapi aku pintar bergaul dan mudah bersosialisasi dilingkungan baru 

2. Nggak mengoptimalkan kesempatan diri 
untuk bertumbuh dan belajar Banyak banget momen-momen kita bisa mengoptimalkan kesempatan menerima diri. Misalnya aja alih-alih kita berusaha lebih keras lagi ketika gagal, kita malah jadi marah-marah menghukum diri. Nah, disini penting untuk kita mengambil hal positif dari suatu kegagalan daripada langsung mengambil hal negatifnya.

3. Pola Asuh yang Kurang Tepat 
Selain itu, ada juga penyebab rendah diri karena pola asuh yang memberi kesan bahwa kita hanya akan dicintai dan diterima jika mencapai sesuatu atau memenuhi ekspektasi tertentu. Nanti mamah beliin deh kalau kamu bisa juara satu Yah nggak menang, harusnya kamu bisa kayak dia tuh Masa lalu memang nggak bisa diubah, tapi kita bisa belajar darinya untuk jadi diri yang lebih baik  

Hal yang Perlu Ditanamkan dalam Pola Pikir Kita Biar nggak jadi kebiasaan terus menerus, kita perlu bebenah mindset sedikit dan menanamkan 3 poin berikut :
1.Kita semua berharga sama seperti orang lain 
2.Sebelum menghargai orang lain yuk kita hargai diri sendiri 
3.Sadari kalau kita nggak perlu sempurna untuk merasa pantas diterima 

 Jika rendah diri yang dialami sudah mengganggu keseharian dan tidak mampu diatasi sendiri, boleh coba kita coba bicarakan, yuk jangan takut untuk konsultasi

IMPLEMENTASI DARI TEORI BELAJAR

IMPLEMENTASI DARI TEORI BELAJAR

IMPLEMENTASI DARI TEORI BELAJAR 
 1. Implementasi Teori Belajar Behavoristik 
 yaitu misalnya anak yang sering terlambat masuk sekolah,hal ini bisa diimplementasikan dengan teori belajar yaitu seorang guru BK bisa menggunakan punishment yaitu dengan menyuruh siswa lari keliling lapangan atau push up hal ini untuk memberikan efek jera dan apabila terjadi suatu perilaku yang lebih baik maka guru bk bisa memberikan reward yaitu sebagai bagian dimana atas suatu apresiasi dari perubahan tingkah laku siswa tersebut. Kasus yang kedua yaitu apabila ada siswa yang sering membolos ketika mata pelajaran matematika,penerapan implementasinya yaitu seorang guru bisa menghukum siswa dengan cara yang mengeducation seperti menyuruh siswa mengerjakan soal matematika di perpus,hal ini dilakukan agar terjadinya suatu perubahan pada siswa lalu apabila terjadi suatu perubahan tingkah laku maka seorang guru bisa memberi sebuah gift berubah ucapan selamat maupun pujian.ini untuk menguatkan mental dan kepercayaan diri pada siswa tersebut.jadi ada semacam punishment dan reward disini. 

 2. Implementasi Teori Belajar Kognitif 
Semisal di suatu sekolah ada permasalahan mengenai siswa yang mengantuk dikelas saat guru sedang menjelaskan,hal ini bisa diimplementasikan dengan menggunakan teori belajar kognitif yaitu dimana guru menyuruh siswanya untuk mencuci muka agar siswa tidak mengantuk kembali,hal ini juga adanya penekanan sifat dimana menjelaskan bahayanya apabila guru sedang menjelaskanakan tetapi siswa mengantuk, seperti tidak pahamnya materi yang dijelaskan,kurang fokus maupun berakibat mendapatkan nilai yang jelek ketika ulangan.jadi disini ada suatu perintah dengan menegaskan bahaya atau sikap yang timbul dari problem yang di lakukan siswa tesebut. Kasus yang kedua yaitu seorang anak SD yang belum bisa membaca,hal ini bisa diimplementasikan melalui teori belajar kognitif dimana seorang guru bisa melatih kemampuan muridnya untuk berlatih membaca serta menulis dengan menggunakan perangkat jasmani(mulut dan tangan)hal ini kaitannya dengan kemampuan kognitif ,guru membantu siswanya untuk memahami terlebih dahulu dengan menumbuhkan motivasi belajar yang dimiliki murid tersebut sehingga mampu belajar dengan proses pemahamannya sendiri hal ini akan jauh lebih mudah diingat dan efektif. 

 3. Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme 
Contoh kasus masalahnya adalah ketika siswa usia remaja akhir tapi belum bisa menemukan bakat yang dimilikinya,ini bisa diimplementasikan dengan teori belajar konstruktivisme yaitu kita sebagai guru BK bisa menggali terlebih dahulu permasalahan apa yang sedang terjadi ntah itu bisa timbul karena faktor kelurga,sekolah,maupun lingkungan yang mengakibatkan siswa ini tidak mampu mengenali dirinya sendiri.guru bk bisa memakai cara yaitu dengan membiarkan siswa bercerita prihal masalalunya atau membebaskan siswa untuk membimbing pengetahuannya berdasarkan pengalamannya hal ini dilakukan bertujuan agar siswa mampu mengutarakan argumentasinya sehingga menjadi siswa yang imajinatif dan kreatif ,lalu bisa diarahkan untuk menggali potensinya dikit demi sedikit sehingga mampu mengenali ketrampilan apa yang melekat pada dirinya. Kasus yang kedua yaitu mengenai siswa yang introvert bisa diiplmentasikan dengan teori belajar konstruktivisme yaitu seorang guru BK terlebih dahulu paham betul kondisi yang dialami siswa tersebut seperti apa lali berikan pencerahan dan dorongan agar siswa tersebut mampu terbuka,guru bk juga bisa mengajukan pertanyaan pertanyaan ringan seperti apakah ruang lingkup dikelas nyaman untukmu belajar? kemudian berikan siswa tersebut kebebasan untuk mengekspresikan apa yang dirasakannyaserta berikan kesempatan siswa tersebut untuk meresponnya.

Selasa, 13 Juni 2023

Team konselor

Putri Rachmawati
2221110040
Fatimah
22211155
Nur Ilham
2221110094
Shobahatun Nisa
2222130095

kontak

TENTANG KAMI

Ruang Digital Bimbingan Konseling merupakan platform yang didedikasikan untuk Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Ruang Digital Bimbingan Konseling menyediakan banyak fitur yang akan menjadi alat bantu Konselor Sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling

Alamat:

Jl. Pawiyatan Luhur IV No.16 Kec. Gajahmungkur, Kota Semarang.

Waktu:

senin-jumat 08.00-16.00

telepon:

123 456 789 1010

Diberdayakan oleh Blogger.